film habibie dan ainun
identitas:
Produser : Hanung Bramantyo
Pemain :
· Habibie (Reza Rahardian)
· Ainun (Bunga Citra Lestari)
· Ibu Habibie (Ratna Riantiarno)
· Ayah Habibie
· Fanny Habibie
· Arlies (Vitta Mariana)
· Ilham Akbar Habibie (Mike Luccock)
· Hanung Bramantyo memerankan tokoh antagonis
· H.M. Soeharto (Tio Pakusadewo)
Sinopsis
Ini adalah kisah tentang apa yang terjadi bila kamu menemukan belahan hatimu. Kisah tentang cinta pertama dan cinta terakhir. Kisah tentang Presiden ketiga Indonesia dan ibu negara. Kisah tentang Habibie dan Ainun.
Rudy Habibie seorang jenius ahli pesawat terbang yang punya mimpi besar: berbakti kepada bangsa Indonesia dengan membuat truk terbang untuk menyatukan Indonesia. Sedangkan Ainun adalah seorang dokter muda cerdas yang dengan jalur karir terbuka lebar untuknya.
Pada tahun 1962, dua kawan SMP ini bertemu lagi di Bandung. Habibie jatuh cinta seketika pada Ainun yang baginya semanis gula. Tapi Ainun, dia tak hanya jatuh cinta, dia iman pada visi dan mimpi Habibie. Mereka menikah dan terbang ke Jerman.
Punya mimpi tak akan pernah mudah. Habibie dan Ainun tahu itu. Cinta mereka terbangun dalam perjalanan mewujudkan mimpi. Dinginnya salju Jerman, pengorbanan, rasa sakit, kesendirian serta godaan harta dan kekuasaan saat mereka kembali ke Indonesia mengiringi perjalanan dua hidup menjadi satu.
Bagi Habibie, Ainun adalah segalanya. Ainun adalah mata untuk melihat hidupnya. Bagi Ainun, Habibie adalah segalanya, pengisi kasih dalam hidupnya. Namun setiap kisah mempunyai akhir, setiap mimpi mempunyai batas. Kemudian pada satu titik, dua belahan jiwa ini tersadar; Apakah cinta mereka akan bisa terus abadi?
UNSUR INTRINSIK FILM
TEMA :
Tema yang diangkat dalam film ini adalah kehidupan Habibie dan Ainun. Film ini menceritakan kisah hidup Habibie mulai dari Habibie sekolah hingga pertemuanya dengan Ainun, dan pada akhirnya menikah dengan Ainun. Film ini menceitakan kesetiaan dari Ainun yang selalu mendampingi Habibie saat Habibie berusaha keras untuk mewujudkan mimpinya, begitu pula sebaliknya dengan Habibie yang selalu setia dan menjaga Ainun.
LATAR :
Latar yang mendominasi dalam film ini yaitu di rumah orang tua Ainun, di Jerman, di Munich(Jerman), dan di Jakarta.
PENOKOHAN/ PERWATAKAN :
Habibie : pandai, setia, bijaksana, baik, tekun, pekerja keras dan ulet
Ainun : pandai, baik, setia, lemah dan sangat menyayangi Habibie
Ayah Habibie : bijaksana, baik dan sangat memahami anaknya
Ibu Habibie : baik, bijaksana dan sangat memahami anaknya
Hanung : licik, jahat, pemaksa, pengancam
ALUR :
Film ini menggunakan alur maju. Dimulai dari penceritaan masa muda Habibie dan Ainun ke masa tua mereka, dan film diceritakan dengan baik. Diakhiri dengan kematian Ainun.
AMANAT :
Film ini menceritakan kegigihan seorang tokoh dalam menggapai mimpinya. Dan akhirnya, mimpi tersebut dapat terwujud berkat kerja keras dan semangat dari istri tercintanya. Semangat juang Habibie dan Ainun serta kesetiaan mereka dapat kita contoh dan kita teladani.
DABING :
Pengeluaran suara dengan gerak bibir tokoh dalam film ini sudah tepat sehingga tidak muncul suatu keanehan ketika masyarakat menonton film ini.
PENGAMBILAN GAMBAR :
Pengambilan gambar dalam film ini sudah pas sehingga dapat terlihat secara jelas hal-hal yang ingin difokuskan. Efek pengambilan gambar sudah sesuai dengan tema yang diangkat sehingga film terlihat amat real. Sudut bidikannya juga baik sehingga enak dilihat.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan:
Secara umum, "Habibie & Ainun" besutan sutradara Faozan Rizal serta dibintangi Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari berhasil mengaduk emosi penonton, khususnya menjelang bagian akhir film. Aransemen musiknya juga memperkuat atmosfer film. Penggunaan footage rekaman asli di beberapa bagian film seolah mengingatkan kembali sejarah kita sebagai bangsa Indonesia dan betapa Habibie menjadi bagian dari sejarah Indonesia.
HABIBIE & AINUN mengisahkan perjalanan pak Habibie ketika dirinya masih kecil hingga bertemu dengan cinta sejatinya, mendiang ibu Hasri Ainun. Selain perjalanan cinta mereka, kita juga akan dihadapkan pada intrik politik dan cikal bakal mimpi dari pemilik nama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie ini.
Sangat riskan sebenarnya mengadaptasi sebuah kisah nyata. Terlebih jika setting-nya berada di masa lampau. Namun Faozan Rizal sebagai sutradara dan tim kreatif berhasil menggambarkan nuansa jaman dulu dengan begitu apik dan detail dari segi kostum hingga properti.
Tak lupa setting Jerman meski penempatannya digunakan seperlunya. Serta munculnya footage penerbangan perdana N-250 Gatot Kaca yang dihadiri pak Soaharto dan ibu Tien, hingga tragedi Mei 1998 yang membuat film ini semakin believable.
Dalam urusan akting, dua jempol diberikan untuk Reza Rahadian yang benar-benar total. Lewat film ini, Reza berhasil buktikan kapasitasnya. Dia mampu bertindak sebagaimana sosok Habibie asli, dari gestur hingga cara berbicara.
Kekurangan:
Bunga Citra Lestari yang diplot sebagai Ainun terlihat kurang kuat untuk mengimbangi Reza. Meski begitu, akting wanita yang debut layar lebar lewat CINTA PERTAMA ini tak bisa dibilang buruk. Karena di beberapa bagian Bunga mampu tampil menawan.
Untuk urusan naskah sebenarnya cukup bernas, pun dengan dialog yang dipakai. Ginatri S Noer dan partner, Ifan Adriansyah Ismail, cukup ulet memaparkan guratan kisah pak Habibie walau di beberapa bagian terasa dragging dan tak fokus.
Saya sedikit kecewa dengan penampilan Habibie dan Ainun yang tetap awet muda meski pernikahan mereka sudah berjalan hampir setengah abad lamanya (yang menurut hitungan sederhana saya berarti usia mereka sudah ada di kisaran 68 tahun). Sulit rasanya membayangkan manusia berusia 70 tahun dengan fisik layaknya 40 tahun. Entahlah, ini mungkin hanya karena Habibie adalah tokoh yang sudah dikenal luas oleh masyarakat sehingga penonton mengharapkan adanya kemiripan fisik antara Habibie versi film dengan Habibie yang sebenarnya. Tio Pakusadewo yang hadir sekilas memerankan sosok pak Harto juga kurang pas gesture-nya, menurut saya hanya rambut belakangnya saja yang mirip.
PENILAIAN
Secara garis besar, "Habibie & Ainun" yang diangkat dari buku berjudul sama karangan BJ Habibie ini memang berfokus pada kisah cinta BJ Habibie (yang ternyata dipanggil "Rudy" di masa mudanya) dengan Hasrie Ainun Besari. Semenjak awal film memang keduanya seolah sudah ditakdirkan berjodoh. Idiom "gula jawa, gula pasir" dalam film ini cukup membuat kita tertawa kecil dan menggambarkan karakter Rudy Habibie yang blak-blakan.
Terlepas dari beberapa kelemahan di atas, HABIBIE & AINUN tetaplah film yang layak ditonton. Apresiasi patut disematkan pada usaha Faozan Rizal yang sebelumnya berjibaku sebagai director of photography
Begitulah resensi saya, dan seharusnya kita dapat menenaladani kisah dalam film tersebut
Demikian, semoga bermanfaat ! (n_n)
No comments:
Post a Comment